Beranda | Artikel
Pentingnya Tauhid dan Bahaya Syirik
Rabu, 29 Juli 2015

Segala puji bagi Allah rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga terlimpah kepada nabi kita Muhammad, segenap para sahabatnya dan pengikut mereka yang setia. Amma ba’du.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Tauhid merupakan perintah Allah yang paling agung dan intisari dakwah seluruh nabi. Tauhid adalah kewajiban terbesar dan paling utama yang harus ditunaikan oleh manusia di muka bumi ini. Tauhid merupakan keadilan tertinggi, sedangkan lawannya yaitu syirik adalah kezaliman yang paling besar.

Setiap nabi mengatakan kepada kaumnya (yang artinya), “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” Nabi Yusuf ‘alaihis salam di dalam penjara pun mengajak teman-temannya untuk bertauhid. Beliau berkata kepada mereka (yang artinya), “Wahai kedua orang temanku di dalam penjara, apakah rabb-rabb yang bermacam-macam itukah yang lebih baik ataukah Allah yang tunggal lagi maha kuasa?”

Dakwah tauhid menempati prioritas yang paling utama. Karena itulah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepada sahabatnya untuk mendahulukan dakwah tauhid sebelum yang lainnya. Sebagaimana yang beliau perintahkan kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu, “Hendaklah yang pertama kali kamu serukan kepada mereka ialah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafal Bukhari)

Lebih daripada itu semuanya, Allah telah menegaskan di dalam kitab-Nya, bahwa tauhid merupakan hikmah dan tujuan diciptakannya jin dan manusia. Allah berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56). Para ulama kita menafsirkan, bahwa ‘beribadah kepada-Ku’ maknanya adalah ‘mentauhidkan-Ku’. Sebagaimana tafsir dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma.

Tidaklah masuk surga kecuali orang yang bertauhid, dan tidaklah selamat dari neraka kecuali karena tauhid. Oleh sebab itu kalimat laa ilaha illallah -yaitu kalimat tauhid- menjadi cabang keimanan yang paling tinggi dan paling utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang, yang tertinggi -dalam riwayat lain ‘yang paling utama- adalah ucapan laa ilaha illallah…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dakwah tauhid inilah jalan yang ditempuh oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepanjang hidupnya. Sebagaimana yang Allah perintahkan dalam ayat (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku, aku menyeru kepada Allah di atas bashirah/ilmu yang nyata, inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku…” (Yusuf : 108). Dimana Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang keyakinan/kematian.” (Al-Hijr : 99)

Lihat saja bagaimana dakwah tauhid mendominasi dakwah Islam periode Mekah selama kurang lebih tiga belas tahun lamanya; sungguh waktu yang tidak sebentar. Ini adalah hikmah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Tidaklah turun kewajiban dan larangan-larangan kecuali setelah kokohnya tauhid dan akidah di dalam hati kaum muslimin kala itu. Sholat lima waktu saja yang sedemikian agung tidak diperintahkan/diwajibkan kecuali setelah sepuluh tahun berlalu dakwah tauhid…

Ini merupakan ibrah dan pelajaran yang sangat agung bagi para penyeru dakwah Islam. Bahwa mengajak manusia kepada tauhid membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bahkan membutuhkan berbagai bentuk pengorbanan dan perjuangan. Banyak rintangan dan hambatan yang harus dihadapi, baik yang datang dari orang yang jauh maupun orang yang dekat sekalipun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai dijuluki ‘penyair gila’ karena dakwah tauhid yang beliau sampaikan kepada umatnya kala itu….

Inilah dakwah Islam. Yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam itu datang dalam keadaan asing, dan akan kembali juga dalam keadaan asing sebagaimana datangnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim). Mendakwahkan tauhid di tengah syirik dan kekafiran yang merajalela adalah keterasingan, sebagaimana terasingnya dakwah Nabi Nuh ‘alahis salam di tengah kaumnya, sebagaimana terasingnya dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di tengah masyarakatnya… Namun mereka tetap bersabar dan melanjutkan jalan dakwah ini hingga ajal tiba…

“Tidaklah pertolongan itu kecuali datang dari sisi Allah.”…. “Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong -agama-Nya.”…. “Jika kalian menolong -agama- Allah maka Allah pasti akan menolong kalian dan meneguhkan kaki-kaki kalian.”….. “Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang mereka selalu berbuat ihsan.”…. “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”…. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.”

Begitu besar perhatian para nabi dan pendahulu umat ini terhadap dakwah tauhid, mengingat besarnya bahaya dosa syirik. Karena syirik -yang menjadi lawan dari tauhid- adalah sebab kekal di dalam neraka dan penghalang untuk bisa masuk ke dalam surga. Dosa besar yang paling besar dan kemaksiatan paling keji di atas muka bumi ini. Sebuah penghinaan dan pelecehan kepada rabb penguasa alam semesta dan pencipta langit dan bumi.

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (Al-Maa’idah : 72)

Oleh sebab itu sudah menjadi tugas para penimba ilmu dan penyeru dakwah Islam di sepanjang masa untuk menyadarkan umat akan pentingnya tauhid dan besarnya bahaya syirik bagi kehidupan. Kejayaan seperti apakah yang hendak kita raih apabila tauhid dan akidah ditelantarkan?

—————————-

IMG-20150702-WA0003

——————————————–


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/pentingnya-tauhid-dan-bahaya-syirik/